Ceramah Tentang Perjalanan Setelah Kematian

Suasana kuburan tempat pemakaman umum Taman Awet Sungai Semok Batam.

Suatu kejadian yang minimal ditakuti oleh setiap orang adalah mortalitas. Beragam cara dilakukan untuk menghindarkan diri dari mortalitas. Usaha apa kembali dilakukan jika ajal akan tiba. Walau begitu, tidak seorang kembali boleh menghindar dari sergapan mortalitas. Mortalitas datang setiap momen, pada saat doang sonder bisa diduga sebelumnya.

“Per umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah menclok waktunya mereka tidak bisa mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak bisa (jula) memajukannya” (QS. Al A’raf 34).

Sosok terlalu asyik dengan atma dunia sehingga lazimnya mereka lain menyadari dan belum menyiagakan dirinya buat menghadapi ajal. Kematian bukanlah akhir pecah segalanya, apalagi kematian merupakan awal perjalanan panjang nan tiada pernah berakhir.

“Selayaknya mortalitas yang sira lari daripadanya, maka sebenarnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang memafhumi yang ghaib dan nan nyata, sangat Dia beritakan kepadamu apa yang sudah lalu kamu cak bagi” (QS. Al Jumuah 8).

Orang yang cerdas dan paham akan mempersiapkan diri dan mencari perbekalan dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi kematian. Mereka siuman betul bahwa di pantat kematian masih ada arwah panjang yang harus dilalui berupa alam barzakh, padang mahsyar, dan nyawa akhirat yang kekal nan abadi.

Mereka siuman bahwa kehidupan dunia ini tidak ada artinya dibandingkan jiwa alam baka yang kekal dan abadi. Orang yang bodoh tapi merasa paling kecil cerdas dan pandai tidak pernah peduli dengan hidup akhirat. Mereka semata-mata mempersiapkan hidupnya bagi kehidupan di dunia saja. Segala apa sesuatu diukur dengan kesuksesan materi.

Mereka hanya mempersiapakan hidupnya untuk sampai hari wreda. Menabung, menanam investasi, ikut beraneka macam asuransi, membangun kondominium, konstruksi kaya, dan menumpuk harta berlimpah laksana langkah hari tua. Mereka hijau menyadari semua kekeliruan mereka itu tatkala hayat sudah hingga di halkum dan semua itu sudah tiada berjasa.

Sesudah jiwa berpisah dari jasad, mereka baru menyadari kebodohan dan kekeliruan mereka. Di pataka barzakh mereka berseru mohon dikembalikan hidup ke mayapada juga bagi memperbaiki semua kebodohan dan kekeliruan yang telah mereka untuk selama hidup di mayapada. Sama dengan disebutkan dalam sahifah Al Mukminun ayat 99-100;

Demikianlah keadaan hamba allah-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang bersumber mereka, ia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Mudah-mudahan aku melakukan kebajikan yang kudus terhadap yang mutakadim aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (QS. Al Mukminun 99-100).

Tidak ada jalan bagi mereka nan sudah mati lakukan juga semangat ke dunia. Sebab di antara mereka dan alam dunia ada barzakh (dinding) nan amat kokoh dan tidak bisa ditembus oleh apa kembali. Enggak banyak peristiwa yang kita ketahui tentang umur di tunggul barzakh dan proses keluarnya ruh dari fisik ketika sakaratul maut.

Sejak terlampau sampai sekarang tidak terserah orang nan berhasil menembus alam kubur untuk membualkan camar duka mereka sepanjang di alam barzakh kepada kita yang hayat di dunia ini. Kecuali orang-insan tertentu yang diberikan belas kasih dan sambung tangan Almalik Azza Wa Jalla bisa menceritakannya.

Meski demikian, kita hanya bisa laporan tentang alam barzakh dari Alquran atau hadis yang disampaikan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Di antaranya adalah hadis tenar berusul al Barro’ bin Azib, Al Imam Ahmad, Abu Dawud, An Nasai, Bani Majah, serta nan selainnya, telah menanggali dari hadis Al Baro’ bin ‘Azib. Bahwa suatu ketika para sahabat berada di pemakaman Baqi’ul Ghorqod.

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menumpu mereka. Beliau pun duduk. Sementara para sahabat duduk di sekitarnya dengan ranah sonder mengeluarkan suara, seakan-akan di atas penasihat mereka cak semau penis. Mereka sedang menanti pengkhususan kubur seseorang yang baru sekadar meninggal.

Ini menunjukkan bahwa tatkala sendiri hamba gemuk di pemakaman, dituntunkan hendaknya bergaya tenang, diam, ranah, dan lain mengucapkan ratib-zikir dengan suara yang keras. Apalagi pun bersabda adapun urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang begini, semoga berpikir tentang mortalitas yang akan menimpa setiap manusia sonder terkecuali.

Sudahkah kita mempersiapkan diri bakal menghadapi mortalitas yang sangat tinggi? Tentu saja hal ini membutuhkan perenungan yang dalam, sehingga melahirkan keimanan, ketakwaan, dan kebajikan ceria. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengangkat kepalanya dan mengucapkan;

“Aku berlindung kepada Allah berpangkal siksa kubur”. Kamu mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, engkau Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berucap;

Sepatutnya ada bila seorang yang orang islam menghadap ke umbul-umbul darul baka dan menyingkir liwa dunia, turun kepadanya bilang malaikat berwajah putih nan seolah-olah begitu juga mentari. Mereka mengapalkan sebuah kain kafan dan minyak wangi dari surgaloka.

Mereka kembali duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Adv amat datanglah malaikat pencabut semangat dan duduk di rapat persaudaraan kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata; “Wahai sukma yang baik, keluarlah ia kepada keampunan dan keridhaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala”.

Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur berbunga mulut palagan. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak dibiarkan sekejap matapun berada di tangan malaikat pencabut nyawa dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah ikhlas tadi.

Kemudian mereka meletakkannya pada kain kafan dan parfum indraloka nan telah mereka gendong. Maka nyawanya melepaskan aroma minyak wangi misik nan paling terbaik di muka bumi. Lalu mereka menyertainya kerjakan mendaki ke langit.

Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya: “Siapakah jiwa nan baik ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah fulan polong fulan” dan disebutkan namanya nan paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.

Tatkala mereka mutakadim sampai membawanya ke langit, mereka meminta agar pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit kamu diiringi makanya para penjaganya hingga ke langit berikutnya. Demikianlah yang akan terjadi sampai ia sampai ke langit yang disana suka-suka Allah. Maka Almalik berfirman:

“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di indraloka ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Bukan main darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengasingkan mereka sekali lagi”.

Kemudian nyawanya dikembalikan ke privat jasadnya. Lalu datanglah dua sosok malaikat kepadanya. Keduanya menyoal, kelihatannya Rabbmu? Maka beliau menjawab, Rabbku ialah Allah. Keduanya kembali menanya, apa agamamu?

Maka kamu menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya pula bertanya, mungkin orang nan telah diutus di tengah kalian ini? Maka beliau menjawab, beliau merupakan utusan Allah. Keduanya kembali menanya, siapakah nan telah mengajarimu? Maka beliau menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman kepadanya dan membenarkannya.

Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Hambaku ini sudah lalu benar. Bentangkanlah untuknya permadani mulai sejak surga dan bukakanlah sebuah pintu ke surga”. Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas selama mata memandang.

Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu mengomong, bergembiralah dengan apa yang akan menyenangkanmu. Ini merupakan hari yang dahulu anda telah dijanjikan.

Maka sang mukmin menanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah tampang yang datang dengan mengangkut keefektifan.” Kamu pun menjawab, “Aku adalah amalmu nan salih.” Lalu sang mukmin bersuara, “Wahai Rabbku! Segerakanlah tahun yaumudin agar aku lagi kepada keluarga dan hartaku”.

Selanjutnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

“Tentang bila sendiri yang kufur menyingkir alam dunia dan menjurus ke alam akhirat, jatuh kepadanya dari langit bilang malaikat yang berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah reja kafan yang buruk dan kasar. Mereka pula duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut spirit dan duduk di hampir kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata:

“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan repetan Allah”.

Maka nyawanya tercerai berai di n domestik jasadnya. Kemudian malaikat pencabut usia merenggut nyawanya seperti mana mencabut besi pemanggang daging dari surai domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa mengambilnya, lain dibiarkan sepemakan mata pula rani di tangannya dan segera diambil makanya para malaikat yang berwajah hitam legam tadi.

Lalu mereka meletakkannya plong tiras kafan (nan mutakadim mereka bopong) itu. Sehingga keluarlah dari nyawanya sebagai halnya bau yang dahulu busuk di atas paras bumi. Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab:

“Ini adalah fulan kacang fulan” dan disebutkan namanya nan paling terburuk ketika mereka memanggilnya di manjapada. Kemudian mereka membawanya menanjak sampai ke langit dunia dan dimintakan agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun gerbang langit tak dibukakan untuknya”.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi;

“Sesungguhnya turunan-hamba allah yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan lain (pula) mereka masuk surga, hingga gamal masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-cucu adam yang berbuat kejahatan” (QS. Al A’raf 40)

Selanjutnya Halikuljabbar Azza Wa Jalla berfirman;

“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya congah di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling dasar”.

Setelah itu, nyawanya sungguh-sungguh dilemparkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi: “Barangsiapa nan berbuat penyekutuan allah kepada Allah, maka sira seolah-olah runtuh berpokok langit silam disambar oleh ceceh, alias diterbangkan oleh angin ke medan yang jauh” (QS. Al Hajj 31).

Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka dua turunan malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya menyoal, “Siapa Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku enggak adv pernah”. Keduanya juga bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia menjawab, “Hah..hah..aku tidak tahu.”

Kemudian terdengarlah kritik yang menyeru dari langit, “Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya ambal dari api neraka dan bukakanlah sebuah gapura ke neraka.” Sehingga temperatur panas dan racun neraka pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai tulang-sumsum rusuknya saling bergeser. Dulu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya, pakaiannya, dan tembelang baunya.

Orang itu bersabda, “bergembiralah dengan segala yang akan memperburuk keadanmu. Ini yakni hari nan lalu engkau telah dijanjikan.” Maka si kafir bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.” Habis si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah kamu datangkan hari akhir zaman”.

Demikianlah keadaan orang muslim dan makhluk kafir tatkala menjauhi kalimantang dunia dan masuk ke privat duaja akhirat yang dimulai dengan alam barzakh (alam kubur). Saat manusia meninggalkan alam bumi bukan berarti urusannya telah radu. Engkau akan mengalami duaja kedua yaitu alam barzakh (alam kubur).

Tunggul ini ialah pintu timbrung ke privat tunggul akhirat yang sesungguhnya. Disebut dengan umbul-umbul barzakh, karena makna barzakh ialah penutup atau talang lakukan dua perkara. Maka alam kubur merupakan liwa di antara alam dunia dan alam alam baka.

Di alam barzakh, sosok akan mengalami beragam masalah yang menyimbolkan bahwa urusannya belum selesai dengan belaka meninggalkan liwa dunia. Saat melangkahi bendera barzakh, pertama kali nan akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di n domestik kuburnya, sebagaimana di intern perkataan nabi Al Baro` bin ’Azib.

Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat kepentingan alias keburukan, akan terjemur dengan kemampuannya internal menjawab pertanyaan dua malaikat itu. Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, fisik khalayak tidak akan mampu untuk menjawabnya. Yang akan menjawabnya yakni ruh dan jiwa insan yang telah diisi saat di alam marcapada dengan kebaikan atau keburukan.

Imam Anak lelaki Majah sudah menarikhkan berpangkal Hani’ bin Utsman, dia berkata: “Apabila Utsman RA berdiri di hadapan sebuah kubur, dia menangis sampai membasahi janggutnya. Maka seseorang menegurnya: ‘Ketika mengingat kayangan dan neraka engkau tidak menangis. Kenapa kamu menangis karena melihat kubur ini?’

Utsman menjawab: ‘Sepatutnya ada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam pernah merenjeng lidah: ‘Sesungguhnya kubur yaitu bandar pertama di alam akhirat. Jika seseorang selamat dari (fitnah) kubur, maka selanjutnya akan makin mudah. Dan jika dia enggak selamat, maka selanjutnya akan lebih pelik baginya’ (HR. Ibnu Majah Nomor 4267).

Mengenai seorang nan mukmin niscaya akan dimudahkan oleh Allah bagi boleh menjawab pertanyaan kubur yakni mengenai siapa Rabmu, apa agamamu, dan kelihatannya nabimu. Itulah yang Halikuljabbar maksudkan dengan firman-Nya;

“Allah meneguhkan (iman) orang-cucu adam nan beriman dengan ucapan yang teguh itu kerumahtanggaan kehidupan di dunia dan di akhirat” (QS. Ibrahim 27).

Di dalam sebuah hadis nan shahih pecah sahabat Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

“Koteng hamba yang mukminat bila ditanya di dalam kuburnya, niscaya sira akan bersaksi bahwasanya bukan ada sesembahan nan berwajib diibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah”.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itulah firman Tuhan Subhanahu wa Ta’ala: “Allah meneguhkan (iman) hamba allah-cucu adam yang berkepastian dengan ucapan yang konsisten itu dalam jiwa di marcapada dan di akhirat” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Sabda ini menunjukkan bahwa seorang nan mukmin akan mampu mengucapkan dua kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah”, baik detik di dunia maupun di akhirat.

Tatkala sendiri hamba menghadapi tanya dua malaikat ini, maka dia akan menjawabnya sesuai dengan dedikasi perbuatannya sewaktu di dunia. Oleh sebab itu, koteng hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan bukan bertaubat darinya, sangat barangkali disiksa makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala di internal kuburnya, walaupun anda seorang nan mukmin.

Mutakadim datang sebuah hadis dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melintasi dua kuba, lalu kamu bersabda:

”Cucu adam-makhluk yang makmur di dalam dua kubur ini, sungguh sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena suatu komplikasi yang segara. Akan halnya salah satu dari keduanya, sangat tidak kepingin menjaga diri semenjak air pipis. Sedangkan yang tak, dahulu biasa berjalan untuk mengadu domba” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menunjukkan kepada kita serta merta bahwa dua orang yang disiksa di dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Bermakna yang disiksa maka dari itu Allah di alam kubur tidak hanya karena kekafiran belaka belaka juga karena dosa-dosa besar. Nasalullah salamah wal ‘afiah.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjeput sebuah pelepah tamar yang masih basah dan membelahnya menjadi dua penggalan. Beliau meletakkannya di saban dua kubur ini dengan harapan seharusnya Allah Subhanahu Wa Ta ’Ala memperingan azab keduanya, sepanjang pelepah tamar itu masih basah dan belum cengkar.

Demikianlah adv minim gambaran adapun saat keluarnya ruh dari tubuh ketika proses sakratul maut dan sejumlah keadaan sesudah itu yang disampaikan Rasulullah pada kita. Semoga kita lakukan kian giat mengerjakan amal kudrati sebagai perbekalan menuntut ganti rugi perjalan panjang di alam barzakh kelak. Wallahu Ta ‘Ala A’lam.


Source: https://centralbatam.co.id/ceramah-16-perjalanan-panjang-kematian/