Cerita Tentang Menghormati Orang Tua

Khutbah K.H Gymnastiar di Masjid Istiqlal. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan


Khutbah Jumat merupakan salah satu sarana nan strategis bikin dakwah


Islam


. Khutbah tidak hanya berisi sanjungan kepada Tuhan SWT dan Rasullullah SAW, sahaja pun mencakup doa bakal kaum muslimin serta pelajaran dan peringatan bagi manusia.


Salah satu ajaran yang ditekankan dalam Islam adalah menghormati orangtua, termasuk lansia. Orangtua memiliki kedudukan yang sani, sebab semenjak merekalah generasi umat Islam lahir.


Mereka kembali senantiasa berjuang agar anak-anakya memiliki kehidupan yang pas. Makanya sebab itu, Muslim dilarang untuk menyia-nyiakan orangtua, khususnya ketika mereka telah memasuki nyawa senja.


Selain itu Sang pencipta SWT mensyariatkan umat Muslim kerjakan memperlakukan lansia dengan baik. Bahkan intern rukyah Selam, bertambahnya jiwa identik dengan kematangan dan kematangan dalam banyak hal.


Nah berikut ini yaitu contoh teks khutbah Jumat yang boleh ditiru, dikutip pecah


Daya Panduan Khotbah Jumat Programa Kependudukan dan KB Provinsi Jawa Tengah


(2014).


Pustaka Khutbah Jumat Adapun Mengagungkan Orangtua dan Lansia


اَلْحَمْ د هُلَّله رَُبِّ اُلْعَالَ ه ميْنَ اُلَّ ه ذيْ خَُلَقَ اُْ ه لإنْسَانَ وَُسَائهرَ اُلْمَخْل وْقَا ه ت وَُالَّ ه ذيْ عَُلَّمَ اُْ ه لإنْسَانَ مَُُا لَُمْ يَُعْلَمُْ. أَُشْهَ د أَُنْ لُاَُ


إهلَهَ إُهلاَّ اُلل وَُحْدَه لُاَ شَُ ه ريْكَ لَُه اَُلْمَله ك اُلْحَقُّ اُلْ مبهيْ ن، وَُأَشْهَ د أَُنَّ محَمَّدًا عَُبْ ده وَُرَ سوُْل ه أَُشْرَ ف اُْلأَنْبهيَا ه ءُ


وَالْ مرْسَلهيْنَُ. اَُللَّه مَّ صَُلِّ وَُسَلِّمْ وَُبَا ه ركْ عَُلَى محَُمَّ د وَُعَلَى آُلههه وَُأَصْحَابه ه أَُجْمَ ه عيْنَُ. أَُمَّا بَُعْ د؛ُُ


فَيَا هُ عبَادَ اُلله، أُ وْ ه صيْ كمْ وَُإهيَّايَ بُهتَقْوَى اُلله تَُعَالَى وَُطَاعَته ه لَُعَلَّ كمْ تُ رْحَ موْنَُ.ُ


Kaum Muslimin Rahimakumullah


Proses perubahan generasi kerumahtanggaan umur mayapada merupakan sunnatullah, orang dilahirkan ibunya, kemudian menjadi remaja, menjadi cowok, menjadi orangtua, dan tulat ada yang menjadi basyar lanjut atma. Masing-masing berusul kita akan menjadi orangtua, tambahan pula akan menjadi insan yang lanjut usia takdirnya ajal lain menjemput kita.


Berdasarkan rukyah para ahli, lansia masih dibagi lagi ke dalam beberapa kategori kerumunan arwah. Terserah nan dinamai dengan kelompok lansia dini, yaitu cak bagi mereka nan n kepunyaan kehidupan antara 55 –64 periode, ada nan dinamai dengan kelompok lansia, yaitu bagi mereka yang memiliki usia 65-70 tahun, dan cak semau yang dinamai dengan gerombolan lansia resiko hierarki, yakni untuk mereka yang memiliki spirit di atas 70 musim.


Segala yang semestinya kita lakukan terhadap bani adam yang bertambah renta, ketika diri kita menjadi orang yang lebih taruna? Terkait hal ini, Islam menerimakan ajaran yang sangat indah kepada kita. Jikalau kita ibarat orang yang mempunyai usia lebih muda, maka kita diajarkan lakukan menaruh rasa hormat kepada orang-turunan yang memiliki jiwa nan bertambah tua.


Dalam pandangan Islam, spirit tua lontok sebenarnya merupakan hidup yang dipenuhi dengan kematangan dan kedewasaan dalam banyak hal. Ibarat pepatah, mereka itu adalah kelompok khalayak nan telah banyak memakan camar duka kehidupan.


Mereka adalah kelompok individu yang n kepunyaan camar duka bertambah banyak berpangkal orang-orang yang usianya makin cukup umur. Karena itu, sudah semestinya perilaku mereka bisa menjadi hipotetis untuk orang-khalayak nan lebih muda.


Islam memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan supaya kesediaan mereka tidak dianggap sia-sia dan enggak bernilai oleh masyarakat. Islam terlampau mengistimewakan agar kerelaan mereka dijadikan bak penuntun dan promotor masyarakat dan generasi muda yang cak semau. Lebih lagi mereka itu merupakan turunan tua kita. Sang pencipta SWT privat QS. al-Isra’: 23-24, berkata:


۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا



wa qaḍā rabbuka allā ta’budū illā iyyāhu wa bil-wālidaini iḥsānā, immā yabluganna ‘indakal-kibara aḥaduhumā au kilāhumā fa lā taqul lahumā uffiw wa lā tan-har-humā wa qul lahumā qaulang karīmā


“Dan Tuhanmu Telah mewajibkan supaya dia jangan menyembah selain beliau dan hendaklah anda berbuat baik sreg ibu bapakmu dengan sepenuhnya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sesekali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka bacot nan mulia”.


Cak semau kisah menarik dicontohkan maka itu sahabat Ali Ibn Abi Thalib kerumahtanggaan memperlakukan orang bertongkat sendok : “Satu hari Ali kacang Abi Thalib sedang bepergian tergesa-gesa menuju masjid. Ia enggak ingin melewatkan shalat shubuh hari itu, dimana Utusan tuhan SAW sendiri yang menjadi imamnya. Di tengah jalan Ali tertekan memperlambat langkahnya, karena di depannya medium melanglang koteng lanang tua dengan tertatih-tatih.


Ali pun enggak cak hendak memelopori lelaki tua itu karena rasa hormatnya. Walhasil Ali-pun menjadi terlambat tiba di masjid. Selepas hingga di musala, ternyata adam bertongkat sendok itu enggak masuk ke dalamnya. Ia terus sekadar berjalan minus menghiraukan bahwa ia madya berlambak di depan sebuah surau, dimana sreg momen bersamaan waktu shalat shubuh semenjana mulai.


“Kali laki-laki tua itu adalah sendiri yang ateis, maupun yang tentu ia bukanlah orang islam”, begitulah pikir Ali privat hatinya. Kontan Ali masuk ke dalam masjid dilihatnya Utusan tuhan SAW menengah ruku’. Ini berharga, bahwa masih terhidang waktu baginya untuk shalat dengan diimami Utusan tuhan SAW seperti nan diniatkan sebelumnya.


Usai shalat para sahabat bertanya kepada


Rasulullah


SAW. ”Ada gerangan barang apa ya Rasulullah SAW, sehingga engkau lebih memperlama tahun ruku’ masa shalat tadi, padahal sebelumnya hal yang seperti ini belum pernah engkau bikin?”


Mendengar pertanyaan para sahabat itu, Nabi SAW buru-buru menjawab: ”Saat ruku’ tadi, yaitu usai menyabdakan subhana Rabbiyal adzimi, aku bermaksud segera mengangkat kepalaku, tetapi tahu-tahu pada saat yang sama, Jibril datang. Ia menggelar sayapnya dipunggungku sehingga membuat aku terus namun ruku. Jibril membuat demikian lama sekali, sepanjang nan kalian rasakan. Baru sehabis Jibril mengangkat sayapnya, aku dapat berdiri menggotong kepalaku”.


“Mengapa bisa terjadi sejenis itu, ya Rasulullah SAW?” sendiri di antara sahabat bertanya. ”Aku lain senggang menanyakan hal itu”. Ternyata Roh kudus pula kembali menjumpai Nabi SAW. Sangat ia memberikan penjelasan mengenai sebab ruku’ menjadi panjang ketika shalat shubuh itu.


Malaikat Jibril berkata, “Duhai Muhammad, tadi itu Ali menengah tergopoh-gopoh untuk bisa mencari shalat berjamaah. Tapi di perdua perjalanan ia bertemu dengan seorang adam berida Nasrani yang membuat jalannya menjadi sederhana mencapai sini. Ali bukan tahu jika orang itu adalah Nasrani, dan ia biarkan orang tua itu untuk tunak terus berjalan di depannya. Ali tidak mau mendahuluinya. Allah SWT kemudian menyuruhku supaya engkau tetap ruku’ sehingga memungkinkan Ali bagi dapat menyusul shalat shubuh berjamaah. Perintah Almalik SWT sejenis itu kepadaku bukan kejadian yang mengganjilkan bagiku, yang mengherankan adalah perintah Sang pencipta SWT kepada Mikail agar engkau menahan perputaran matahari dengan sayapnya. Ini tentunya karena perbuatan Ali tadi”. Demikianlah penjelasan Jibril.


Setelah memperoleh keterangan berusul malaikat Jibril begitu juga itu, Nabi SAW sekali lagi kemudian bersabda, “

Inilah derajat anak adam nan memuliakan hamba allah tua (lansia), meskipun lansia itu adalah Nasrani“.


Kisah inspiratif di atas memasrahkan denotasi dan les yang lalu dalam terhadap kita semua. Yang mahakuasa SWT dan malaikat-Nya memuliakan orang wreda dan sekali lagi berbarengan memuliakan orang yang memuliakan anak adam nan lebih renta. Rasulullah setakat harus ditahan internal ruku’nya demi menunggu Ali Ibn Abi Thalib yang memuliakan orang nan lebih tua usianya.


Umur kita baik yang masih mulai dewasa atau yang sudah tua alias lansia, harus dimanfaatkan sebanyak mungkin kerjakan kesetiaan kepada Allah dan menebarkan kebaikan. Al-Qur’an memberikan gambaran kesedihan sosok-orang yang masuk neraka, karena lalai terhadap umur yang diberikan Sang pencipta kepadanya. Gambaran kesedihan orang yang tidak memanfaatkan umurnya dengan baik seperti ini di antaranya tertuang dalam QS. al-Fathir 37:


وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَٰلِحًا غَيْرَ ٱلَّذِى كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا۟ فَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ



Wa hum yaṣṭarikhụna fīhā, rabbanā akhrijnā na’aset ṣāliḥan gairallażī kunnā na’mal, a wa lam nu’ammirkum mā yatażakkaru fīhi man tażakkara wa jā`akumun-nażīr, fa żụqụ fa mā liẓ-ẓālimīna min naṣīr.


“Dan mereka berteriak di privat neraka itu: “Ya Sang pencipta kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang alim berlainan dengan yang telah kami kerjakan”. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup kerjakan berfikir bagi orang nan mau berfikir, dan (apakah lain) cak bertengger kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (aniaya Kami) dan tak suka-suka bakal sosok-manusia yang zalim seorang penolongpun.”


Makanya karena itu, enggak ada gunanya bakal bani adam nan muda selalu menunda-nunda pelaksanaan tugas-tugasnya hanya untuk menunggu datangnya spirit tua atau lansia. Sama dengan tidak ada gunanya bagi orang yang telah tua bangka atau lansia, merenungi usia nan menderanya. Semuanya harus memanfaatkan usia yang diberikan Allah kepadanya untuk melipatkan bekal internal menjelajahi atma akherat yang pertalian keluarga (kekal), sesuai kessanggupan dan kemampuanya. Dan janganlah lupa, cak bagi bosor makan beribadat agar amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.


Terkait pentingnya mengagungkan manusia yang lanjut umur, Rasulullah pun menjadikannya ibarat pelecok suatu patokan privat menentukan manusia yang berhak dijadikan rohaniwan dalam shalat. Intern riwayat Abu Mas’ud disebutkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:



“Yang berkuasa untuk menjadi imam kerjakan sesuatu suku bangsa dalam shalat ialah yang terbaik bacaannya terhadap kitabullah (al-Quran). Sekiranya semua jamaah di situ sama baiknya kerumahtanggaan membaca kitabullah, maka yang terpandai dalam as-Sunnah (Titah) (nan dijadikan imam). Jikalau semua setinggi pandainya kerumahtanggaan as-Sunnah, maka yang terdepan hijrahnya (-lah yang dijadikan sebagai imam). Jikalau dalam hijrahnya sepadan dahulunya, maka yang tertua usianya (-lah yang dijadikan pater)”

. (Riyadhus Solihin ki 44).


Sekali pun, mesti kami tegaskan bahwa Selam memandang masyarakat lansia dengan pandangan terhormat sebagaimana perhatiannya terhadap generasi cukup umur. Agama Islam memperlakukan dengan baik para lansia dan menegaskan bahwa keberadaan mereka tidak dapat dianggap sia-sia dan tak bernilai maka itu awam. Dukungan terhadap para lansia dan sanjungan terhadap mereka itulah nan ditekankan n domestik Islam.


Intern Selam, penuaan adalah sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tangga di masyarakat, khususnya dari sisi bahwa mereka ialah harta, ilmu dan pengalaman, serta informasi dan pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai dan diperhatikan, serta beragam pengalamannya pun harus dimanfaatkan.


Misal inferensi dalam khutbah ini, kami mengajak kepada jamaah agar diri kita selalu :


  • Muliakan orangtua kita, juga para lansia di antara kita, karena menurut Islam justru spirit mereka adalah usia kematangan dalam banyak hal.


  • Manfaatkan usia pemberian Allah ini untuk digunakan paling-paling dalam melakukan khasiat-kebaikan.


  • Enggak menghardik dan menyia-nyiakan orang tua bagi nan muda


  • Berusaha menjadi turunan-orang nan memiliki makna dan berguna terhadap anak bini dan masyarakat, bagi yang berusia tua


  • Memerankan orangtua/lansia sesuai dengan kemampuannya, bakal kita semua.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ بمَا فيْهِ مِنَ اْلآياتَِ وَالذكْر الْحَكِ يْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ


تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Source: https://kumparan.com/berita-hari-ini/contoh-teks-khutbah-jumat-tentang-menghormati-orangtua-dan-lansia-1vErMLsuNQd