Ciri Ciri Daun Nangka Kuning
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
1. Logo tanaman
Stempel lokal: nangka
2. Klasifikasi pokok kayu
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Familia : Moraceae
Genus : Artocarpus
Spesies :
Artocarpus heterophyllus
(Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991)
3. Morfologi pokok kayu
Pokok kayu
Artocarpus heterophyllus
memiliki tinggi 10-15 m. Batangnya agak gelap, berkayu, bulat, berangasan dan bercelup hijau kotor. Daun
A. heterophyllus
eksklusif, berseling, oval, memiliki tulang daun yang menyirip, daging daun tebal, siring rata, ujung runcing, panjang 5-15 cm, lebar 4-5 cm, gandar cangkul panjang lebih terbatas 2 cm dan berwarna hijau. Bunga nangka yakni anak uang plural nan berbentuk bulir, fertil di ketiak patera dan berwarna kuning. Rente jantan dan betinanya terpisah dengan tangkai yang memiliki ring, bunga jantan ada di batang baru di antara daun atau di atas bunga lebah ratulebah. Buah bercat kuning saat masak, lonjong, dan berbiji coklat muda (Heyne, 1987).
4. Makanan kimia dan manfaat pohon
Daun tumbuhan ini di rekomendasikan oleh pengobatan ayurveda seumpama peminta antidiabetes karena ekstrak daun nangka membagi efek hipoglikemi (Chandrika, 2006). Selain itu daun pohon nangka kembali bisa digunakan sebagai pelancar ASI, borok (obat luar), dan luka (obat luar). Daging biji pelir nangka muda (tewel) dimanfaatkan sebagai makanan sayuran yang mengandung albuminoid dan karbohidrat. Sedangkan biji nangka dapat digunakan sebagai pelelang batu berdahak dan tonik (Heyne. 1987). Poin nangka dapat diolah menjadi debu yang digunakan umpama bahan baku industri perut (bahan makan campuran). Arti kayu sebagai antispasmodic dan sedative, daging biji pelir sebagai ekspektoran, patera umpama laktagog. Getah kulit kayu lagi telah digunakan seumpama pelamar demam, perunding cacing dan sebagai antiinflamasi. Tumbuhan nangka dapat dimanfaatkan misal pengasosiasi tradisional. Alat pencernaan ilmu pisah dalam kusen yaitu morin, sianomaklurin (zat samak), flavon, dan tannin. Selain itu, dikulit kayunya juga terdapat senyawa flavonoid yang baru, yakni morusin, artonin E, sikloartobilosanton, dan artonol B (Ersam, 2001). Bioaktivitasnya manjur secara empirik sebagai antikanker, antivirus, antiinflamasi, diuretil, dan antihipertensi (Ersam, 2001).
5. Penelitian mekanisme antikanker
Artonin C, D, I, X, U, L, K, J, T, S; lebih teoretis klik di sini.
Daftar teks
Candrika, 2006, Hypoglycaemic Action Of The Flavanoid Fraction of Artocarpus heterophyllus Leaf, Afr. J. Trad. CAM, 3 (2) : 42-50
Ersam, T., 2001, Campuran Ilmu pisah Makromolekul beberapa Tumbuhan Artocarpus Wana Tropika Sumatera Barat, Disertasi ITB, Bandung
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berjasa Indonesia Jilid II, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta
Syamsuhidayat, S.S and Hutapea, J.R, 1991, Inventaris Tumbuhan Obat Indonesia, edisi kedua, Departemen Kesegaran RI, Jakarta
Penderma :
Bantari Wisynu K.W, Arko Jatmiko, Arum Pratiwi, Ratna, Natasya, Adam H, Endang Sulistyorini S.P dan Rina Maryani
Source: https://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=385