Menyusun Alat Ukur Soal Sesuai Mata Pelajaran
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh
Bagaimana kabar anda hari ini? Seharusnya selalu fit-sehat saja, dan saya do’akan kepada sembarang orang yang telah membaca artikel ini, supaya:
- Nan belum dapat jodoh, semoga taajul bisa jodoh. Aamiin….
- Yang belum dapat pekerjaan, hendaknya mendapatkan pekerjaan. Aamiin….
- Nan menengah berkreasi, seyogiannya rezkinya makin melimpah. Aamiin….
- Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu nan bermanfaat. Aamiin….
A. Pengertian dan kriteria dalam menyusun Alat Evaluasi
Alat evaluasi adalah alat atau instrumen yang bisa digunakan oleh guru untuk mengukur kemampuan petatar, baik itu berpangkal tenang kognitif, afektif atau psikomotorik. Adapun kriteria privat penyusunan alat evaluasi, antara lain:
- Validitas, yakni salah satu cara yang bisa digunakan kerjakan mengerti apakah soal yang dikembangkan valid atau bukan, guru dapat menganalisisnya dengan mandu mengawasi pula rumusan kemampuan nan diharapkan dikuasai siswa. Soal yang valid adalah pertanyaan nan mengungkap kemampuan yang sama dengan kemampuan yang tercantum dalam rumusan indeks.
- Kredibilitas, kriteria rialibilitas mengacu pada kelestarian atau keajengan alat ukur dalam menilai apa nan seharusnya dinilai. Organ ukur nan reliabel akan memasrahkan hasil nan sama kapan pun perabot ukur tersebut digunakan pada murid nan sama.
- Dapat dilaksanakan, pada patokan ini berkenaan dengan kemungkinan alat ukur tersebut dilaksanakan dilihat dari aspek biaya dan waktunya. Kriteria ini kembali berkenaan dengan kemudahan perangkat ukur disusun, serta akomodasi privat penskoran dan interpretasi hasil yang diperoleh. Dengan mengembangkan radas evaluasi yang sesuai dengan kriteria tersebut, diharapkan hasil evaluasi nan diperoleh akan betul-betul menggambarkan kemampuan nan dimiliki siswa.
B. Kaidah Merancang Asam garam Belajar Siswa
Pengalaman belajar diartikan bak interaksi antara basyar yang madya belajar (siswa) dengan kondisi lingkungan eksternal secara aktif. Tentang prinsip-prinsip internal merancang pengalaman belajar, yaitu:
- Prinsip mengaktifkan siswa, belajar pada hakikatnya yaitu satu proses aktif, adalah kegiatan merespon terhadap setiap simulasi pengajian pengkajian. Aktivitas tersebut mencangkup unsur-unsur yang bersifat fisik dan psikis, membentangi mata, telinga, hangit, jangat, kaki, pikiran, mental, dan emosional. Semua itu merupakan bagian yang harus diaktifkan n domestik kegiatan penerimaan.
- Prinsip kesesuaian, kesesuaian antara guru dan siswa sreg kenyataannya sangat memengaruhi seorang siswa privat menyenangi satu les. Suhu yang baik tentunya akan selalu berusaha menerapkan metode pembelajaran yang sopan-benar sesuai dengan kemampuan siswa-siswanya. Guru yang baik akan sealalu berusaha bagi menerapkan suatu metode pengajian pengkajian yang akan membuat petatar-siswanya doyan dan bersemangat serta merasa mudah dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Kaidah kesesuaian ini merupakan salah satu pendirian yang menuntut hubungan antara peserta dengan guru kerjakan dapat lebih ganti menghargai dan meluhurkan. Kedua komponen pembelajaran tersebut memiliki keterkaitan dan ubah berkomplot apabila ingin memperoleh hasil yang memuaskan.
- Pendirian memberi kesempatan, guru umpama desainer pembelajaran harus menimang dan berusaha agar segala yang dilakukannya akan memberikan kepuasan bagi momongan didiknya. Pembelajaran yang dirancang diharapkan akan menjadi suatu kegiatan yang dapat memfasilitasi minat dan kebutuhan siswa.
- Prinsip pengalaman belajar nan setinggi menimbulkan hasil yang berlainan, belajar pada dsarnya bersifat individu, jadi bukan kelihatannya bahwa suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan suhu akan memberikan hasil berlatih yang sama bagi setiap petatar. Peristiwa penting disini adalah bagaimana guru dapat memberikan pengalaman nan sama untuk setiap murid sehingga ada perbedaan hasil belajar diantara siswanya sesuai dengan kecepatan,kebulatan hati, dan keunggulannya per.
- Prinsip variasi camar duka membiasakan, variasi ini bisa dilakukan dengan pendirian menyediakan asam garam yang berlainan untuk setiap kegiatan penataran. Ada 11 macam pengalaman nan dapat divariasikan, yaitu:
- Pengalaman sambil
- Pengalaman melalui benda tiruan
- Pengalaman melalui dramatisasi
- Pengalaman melalui protes
- Asam garam melewati karyawisata
- Camar duka melangkaui pameran
- Pengalaman melalui televise
- Asam garam melalui bentuk hidup
- Pengalaman melintasi rekaman, radio, dan gambar diam
- Asam garam melalui lambang verbal
Indikator pencapaian kompetensi yaitu rumusan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengimak penerimaan. Adapun pertimbangan kerumahtanggaan pencapaian kompetensi radiks tersebut,yaitu:
- Tentukan matra pengetahuan (konkret, model, prosedural dan metakognitif)
- Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga penanda
- Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencangkup tenang kognitif, afektif dan psikomotorik
- Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencangkup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran
- Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar, rumusan penanda menggunakan kata kerja operasional, dan rumusan indikator mencitrakan perilaku nan dapat diamati ataupun didemonstrasikan
Source: https://www.wahyudiansyah.com/2020/12/cara-menyusun-alat-evaluasi-dan-prinsip-merancang-pengalaman-belajar-siswa.html