Pengiring Dalam Drama Longser Adalah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Longser
adalah salah satu jenis teater rakyat tatar Sunda nan usia di daerah Priangan, Jawa Barat. Perumpamaan teater rakyat, longser dipentaskan di paruh-perdua penonton. Bahkan, pada awal perkembangannya longser hampir tidak nikah dipentaskan di sebuah panggung yang ditata sedemikian rupa. Wadah pementasannya dilakukan di alun-alun, terminal, stasiun, atau bahkan di pinggir jalan. Sebuah pergelaran longser biasanya dilengkapi oleh nayaga (penabuh nada), pemain, bodor (ogak-ogak), dan ronggeng (penari) merangkap penyanyi untuk daya tarik tersendiri bagi penonton.[1]
Longser hidup dan berkembang di provinsi Priangan, terutama di daerah Bandung.[2]
Sekeliling tahun 1915 di Bandung ada sebuah pagelaran rakyat yang populer dengan nama doger. Kemudian nama doger berubah menjadi lengger dan pada akhirnya berubah lagi menjadi longser nan cukup ulung antara waktu 1920-1960-an.[3]

Bentuk pertunjukan longser terdapat unsur tari, nyanyian, lakon yang dibumbui dengan lelucon khusus masyarakat Sunda. Rata-rata pergelaran dilakukan malam perian di bekas terbuka dengan lampit sebagai jenggala duduk pirsawan. Secara faali penonton takhlik setengah lingkaran mirip dengan bentuk pasta jaran. Di tengah kancah biasanya diletakkan
obor
atau corong bersumbu tiga sampai lima kerjakan alat penerangan tontonan.[4]
Gamelan disimpan di pantat nan sekaligus dijadikan tempat berganti baju alias seragam oleh seluruh anggota kafilah. Meskipun sering ditampilkan malam perian, namun apabila kurat tidak membantu dipertunjukan pula pada siang waktu dengan istilah nan berganti menjadi pertunjukan lontang. Longser dikenal sekali lagi dengan bungkusan mengamen di pinggir jalan, walaupun sekali-kali terserah yang memanggil bakal acara hajatan.[3]

Waditra dan Seragam

[sunting
|
sunting perigi]

Waditra (alat musik) yang digunakan dalam pertunjukan Longser adalah ketuk, kendang, dua buah saron, kempyang, kempul, gong, kecrek, dan rebab. Dalam perkembangannya waditra yang digunakan semakin acuan adalah ditambah dengan terompet, bonang, kecapi, gambang, dan jenglong yang berlaras salendro.

Internal longser cak semau pemain cewek yang terkenal dengan sebutan ronggeng. Salah seorang di antara penari tersebut suka-suka nan disebut Sripanggung. Ia ialah primadona pecah para penari ronggeng. Para ronggeng menggunakan cemping dan kebaya juga menggunakan selempang atau
karembong. Riasan kepala bersanggul yang dihiasi dengan kalungan
mangle
(rangkaian antara bunga melati dan bunga sedap malam) yang dironce.[1]
Pelengkap pakaian yang digunakan biasanya cak semau
subang
(hiasan di telinga), gelang, kalung, cincin, dan bros. Para anak tonsil suami-laki mengalungkan rok lakukan jawara, yakni pakaian kampret, kain sarung, ikat pembesar barangbang seplak, golok yang diselipkan lega sabuk kulit lebar, kembali menggunakan gelang akar bahar dan cincin bencana yang berukuran osean-besar.[3]

Urutan Tontonan

[sunting
|
sunting sumber]

  • Atraksi Longser dimulai dengan penari ronggeng yang masuk. Adegan ini disebut dengan
    wawayangan
    atau
    mamarung.
    Selepas itu, para ronggeng bernyanyi dan menari. Hal ini sebagai pendirian menarik hati penonton. Apabila ada spektator adam yang tertarik puas salah satu penari ronggeng, biasanya akan memakaikan riuk suatu dagangan yang dimilikinya kepada penandak ronggeng. Bila selesai, dagangan tersebut akan dikembalikan dengan tebusan uang.
  • Selepas itu, datang
    bodor
    (pelawak) untuk menyerahkan perkataan terima pemberian kepada seluruh penonton atas partisipasi dalam menari ronggeng. Anak bangsawan
    bodor
    biasanya pemimpin delegasi. Sambil melawak, kamu mengenalkan rombongan,
    Sripanggung,
    para ronggeng kepada seluruh pirsawan.
  • Jawara dan Sripanggung menari berpasang-pasangan kemudian diikuti makanya ronggeng yang lain berpasangan dengan para penonton yang menaksirnya. Penonton juga diperbolehkan menanyakan lagu kesenangannya dengan imbalan uang. Lagu-lagu yang diminta seperti
    Buluh Ngarambat, Geboy, Berenuk,
    undur-undur, dan lagu-lagu ketuk tilu yang lain.
  • Menyajikan lakonan maupun kisahan. Lakon-lakon nan belalah ditampilkan biasanya diangkat dari kisah jiwa umum sehari-hari. Di antaranya adalah
    Si Keletek jeung Si Kulutuk, Suganda-Sugandi, Rusiah Geulang Rantai, Pahatu Lalis, Karnadi Pemborong Bongkok, Puisi lama, dan tidak-lain.[3]

Referensi

[sunting
|
sunting sumber]

  1. ^


    a




    b




    “Longser-Jawatan Tamasya dan Peradaban Distrik Jawa Barat”.
    www.disparbud.jabarprov.go.id. Diarsipkan dari varian asli sungkap 2022-10-31. Diakses tanggal
    2020-04-27
    .





  2. ^


    Billah, M. Arif (2020-04-17). “SISTEM PEWARISAN BUDAYA Plong KESENIAN LONGSER GRUP PANCAWARNA DI DESA RANCAMANYAR KECAMATAN”.
    Surat kabar Budaya Etnika
    (intern bahasa Inggris).
    3
    (2). ISSN 2549-032X.




  3. ^


    a




    b




    c




    d




    Hariyono, Apriliani (2016-03-23). “Ateng Japar: Sang Legenda Seni Pertunjukan Longser dan Peranannya di Kabupaten Bandung, Tahun 1975 – 2002”.
    MIMBAR PENDIDIKAN.
    1: 87. doi:10.17509/mimbardik.v1i1.1756.





  4. ^


    “Radiks Longser, semenjak Melong Lahirlah Seredet”.
    kumparan
    . Diakses tanggal
    2020-04-27
    .






Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Longser